Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia konsentrasi merupakan pemusatan perhatian atau pikiran pada suatu
hal. Dalam psikologi umum dalam Nugraha (2008), Konsentrasi belajar adalah
kemampuan untuk memusatkan pikiran terhadap aktivitas belajar. Menurut Hendra
Surya (2009) Konsentrasi belajar itu maksudnya adalah pemusatan daya pikiran
dan perbuatan pada suatu objek yang
dipelajari dengan menghalau atau menyisihkan segala hal yang tidak ada
hubungannya dengan objek yang dipelajari. Apabila individu dengan sengaja
memusatkan perhatiannya pada suatu objek yang menjadi sasaran kesadaran, dan
selalu dalam kesibukan untuk membatasi medan perhatian (konsentrasi), maka akan
menimbulkan ketegangan-ketegangan otot, yang tidak diperlukan oleh
pekerjaan pelaksanaan tugas itu sendiri,
yang berakibat timbulnya kelelahan dalam melaksanakan tugas tersebut.
Oleh
sebab itu, konsentrasi yang sengaja dibangun individu harus selalu
dipertahankan dan menunjukkan sifat ketidakseimbangan. Kemampuan anak
berkonsentrasi berbeda-beda sesuai usianya. Rentang perhatian anak dalam
menerima informasi melalui aktivitas apapun
juga berbeda. Pada dasarnya individu tidak akan dapat berkonsentrasi
apabila berada dalam keadaan yang
terlalu menegangkan atau berada dalam tekanan, individu juga tidak dapat
berkonsentrasi apabila berada dalam keadaan yang terlalu rileks. Konsentrasi
dapat terbentuk apabila individu berada dalam keadaan diatara keduanya.
Walaupun konsentrasi merupakan pemusatan
perhatian yang dilakukan secara sengaja, tetapi apabila dilakukan dalam jangka
waktu yang relatif lama, dapat berpindah ke kondisi yang dapat menurunkan
konsentrasi. Ketidakberdayaan melakukan konsentrasi belajar ini merupakan problematik aktual di kalangan pelajar. Kita
sering kali mengalami pikiran bercabang
(duplikasi pikiran), saat melakukan kegiatan belajar. Pikiran bercabang bisa muncul tanpa kita sadari.
Tentunya kita pun merasa terganggu sekali saat tak mampu berkonsentrasi dalam
belajar. Saat belajar, kadangkala tanpa kita undang muncul kepermukaan alam
pikiran mengenai masalah-masalah lama. Keinginan-keinginan lain atau yang
terhambat menjadi pengganggu aktivitas belajar kita. Alhasil, kitapun beralih
dan larut ke alam pikiran yang melintas tersebut.
Aspek-aspek
konsentrasi belajar adalah sebagai berikut:
·
Pemusatan pikiran Pemusatan pikiran
yaitu suatu keadaan belajar yang membutuhkan ketenangan, nyaman, perhatian
seseorang dalam memahami isi pelajaran yang dihadapi.
·
Motivasi Motivasi merupakan keinginan
atau dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan
perubahan tingkah laku yang lebih baik
dalam memenuhi kebutuhannya.
·
Rasa khawatir Rasa khawatir merupakan
perasaan yang tidak tenang karena seseorang merasa tidak optimal dalam
melakukan pekerjaannya.
·
Perasaan tertekan Perasaan tertekan
adalah perasaan seseorang yang bukan dari individu melainkan dorongan/tuntutan
dari orang lain maupun lingkungan.
·
Gangguan pemikiran Gangguan pemikiran
ini merupakan hambatan seseorang yang berasal dari dalam individu maupun orang
sekitar sendiri. Misalnya, masalah ekonomi keluarga ataupun masalah pribadi
individu.
·
Gangguan kepanikan Gangguan kepanikan
merupakan hambatan dalam berkonsentrasi dalam
bentuk rasa was-was akan menunggu hasil yang akan dilakukan maupun yang
sudah dilakukan oleh seseorang tersebut.
·
Kesiapan belajar Kesiapan belajar adalah
keadaan seseorang yang sudah siap akan menerima pelajaran, sehingga individu
dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya. Irwan prayitno menyebutkan bahwa
gangguan konsentrasi berhubungan dengan kemampuan anak untuk memperhatikan dan
berkonsentrasi, kemampuan yang berkembang seiring dengan perkembangan anak.
Anak yang sangat terganggu konsentrasinya mengalami kesulitan untuk memfokuskan
konsentrasinya, perhatiannya dan menyelesaikan tugas secara terus menerus.
Mereka sering lupa instruksi-instruksi, kehilangan barang-barang dan tidak mendengarkan orang
tua dan gurunya.
Gejala-gejala
yang nampak pada anak yang mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi belajar dikemukakan
oleh supriyo melalui sebagai berikut:
·
Pada umumnya anak merasa betah
berjam-jam untuk kongkow-kongkow, nonton di luar kegiatan belajar, tetapi kalau
belajar sebentar sudah merasa tidak tahan.
·
Mudah kena rangsangan lingkungannya
(seperti: suara radio, tv, gangguan teman, adik atau kakak).
·
Kadangkala selalu mondar-mandir kesana
kemari untuk mencari perlengkapan
belajar.
·
Selesai belajar tidak tahu apa yang baru
saja dipelajari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar